Persidangan JarakJauh
Penyelenggaraan persidangan
untuk pemeriksaan pendahuluan dan pemeriksaan persidangan telah dapat dilakukan
melalui persidangan jarak jauh (video conference). Mekanisme persidangan
jarak jauh diatur dalam PMK Nomor 18 Tahun 2009 tentang Pedoman Pengajuan
Permohonan Elektronik (Electronic Filing) dan Pemeriksanaan Persidangan
Jarak Jauh (Video Conference). Pelaksanaan persidangan jarak jauh
dilakukan berdasarkan permohonan pemohon dan/atau termohon atau kuasanya yang
ditujukan kepada Ketua MK melalui Kepaniteraan MK. Permohonan persidangan jarak
jauh dimaksud berisi informasi rinci mengenai:
a.
identitas yang hendak
diperiksa dan didengar keterangannya;
b.
pokok-pokok keterangan yang
hendak diberikan;
c.
alokasi waktu pemeriksaan;
d.
petugas lain yang diperlukan
untuk keperluan persidangan dimaksud.
Permohonan pelaksanaan sidang jarak jauh harus disampaikan
selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja sebelum waktu persidangan jarak jauh
yang direncanakan. Permohonan ini dapat disampaikan, baik secara langsung,
melalui surat elektronik (e-mail), faksimili, surat pos, atau media lain
yang tersedia. Terhadap permohonan ini, MK memeriksa dan memutuskan apakah
menerima atau menolak, atau menerima dengan perubahan jadwal persidangan.
Kepaniteraan MK harus memberitahukan jadwal pelaksanaan persidangan jarak jauh
yang diputuskan kepada pemohon dan/atau termohon atau kuasanya,
selambat-lambatnya 2 (dua) hari kerja sebelum pelaksanaan persidangan dimaksud.
Pemberitahuan ini sekaligus merupakan panggilan sidang.
Untuk pelaksanaan persidangan
jarak jauh, MK telah menempatkan sarana video conference di 40 Perguruan
Tinggi di seluruh Indonesia. Sarana tersebut dapat dimanfaatkan secara gratis
oleh pemohon dan/atau termohon untuk pelaksanaan persidangan jarak jauh. Namun,
apabila terdapat biaya-biaya lain yang timbul dalam pelaksanaan persidangan
jarak jauh yang berkaitan dengan pihak ketiga, ditanggung oleh pemohon atau
termohon yang meminta persidangan jarak jauh.