I.
PENDAHULUAN
Setelah
berakhir periode klasik Islam, ketika islam mulai memasuki masa kemunduran,
Eropa bangkit dari keterbelakangannya. Kebangkitan itu bukan saja terlihat
dalam bidang politik dengan keberhasilan Eropa mengalahkan kerajaan-kerajaan
islam dan bagian dunia lainnya, tetapi terutama dalam bidang ilmu pengetahuan
dan teknologi. Bahkan, kemajuan dalam bidang ilmu dan teknologhinitulah yang mendukung
keberhasilan politiknya. Kemajuan-kemajuan Eropa ini tidak dapat dipisahkan
dari pemerintahan islam di Spanyol. Dari Islam Spanyol di Eropa banyak
menimba ilmu. Pada periode klasik, ketika Islam berhasil mencapai masa
keemasaan, Spanyol merupakan pusat perdaban Islam yang sangat penting,
menyaingi baghdad di timur. Ketika itu, orang-orang Eropa Kristen banyak
belajar di perguruan-perguruan tinggi Islam disana. Islam menjadi “Guru”
bagi orang Eropa. Karena itu kehadiran Islam di Spanyol banyak menarik
perhatian para sejarawan.[1]
II.
RUMUSAN
MASALAH
A.
Pendirian
Daulah Umayyah di Andalusia
B.
Perkembangan
kota dan seni bangunan
C.
Perkembangan
ilmu-ilmu bangunan dan ilmu-ilmu agama
III.
PEMBAHASAN
A.
Pendirian
Daulah Umayyah di Andalusia
Telah disebut bahwa arus ekspansi Islam dimulai setelah wafatnya
Nabi Muhammad SAW dan mencapai puncaknya pada masa Khalifah Umayah, Al-Walid,
dimana peta Islam meluas ke Barat sampai Semenanjung Iberia dan di kaki Gunung
Pyrenia, Prancis, termasuk Afrika Utara. Di Utara meliputi Asia Kecil dan
Armenia dengan rute-rute pantai Laut Kaspia menyebrangi sungai Oxus, Asia
Tengah bagian Georgia, seberang Sungai Jihun, dan ke Timur sampai India dan
perbatasan China. Dalam waktu yang relative singkat di bawah kepemimpinan
Gubernur Jenderal Al-Maghrib, Musa ibn Nusair, dengan panglima perang
--Gubernur Tangier—Tariq bin Ziyad bin Abdul al-Laythi, seorang muallaf, masih
remaja dari Lowata, anak suku Berber, yang berhasil menaklukkan Andalusia,
711-715.[2]
Sebelum umat Islam
menguasai Andalusia wilayah yang terletak disekitar semenanjung Iberia dan
membelah Benua Eropa dengan Afrika ini dikenal dengan berbagai nama. Sebelum
abad ke – 5 M, wilayah ini disebut dengan Iberia ( atau Les Iberes ), yang
diambil dari nama Bangsa Iberia ( penduduk tertua diwilaya tersebut ). Ketika
berada dibawah kekuasan Romawi, wilayah ini dikenal dengan nama Asbania. Pada
abad ke – 5 M, Andalusia dikuasai olah Bangsa Vandal yang berasal dari wilayah
ini sejak itu wi'layah ini disebut Vandalusia yang oleh umat Islam akhirnya
disebut “Andalusia”. Setelah itu datanglah bangsa Gothia ke Andalusia memerangi bangsa Vandal dan
menguasai Andalusia. Pada Awalnya bangsa Gothia ini kuat
sekali tapi kemudian banyakperpecahan dan menyebabkan kemunduran kerajaan itu.
Kemudian setelah Witiza, raja
Gothia meninggal digantikan oleh Roderick. Peristiwa ini menyebabkan
putera-putera raja Witiza sangat marah dan mereka mengadakan perjanjian
persekutuan dengan kaum muslimin. Begitu pula telah terjadi perselisihan antara
Count Julian yang memegang pemerintah. Perselisihan ini kabarnya karena Roderik
mencemarkan kehormatan puteri dari Julian. Karena itu Julian ingin membalas
dendam untuk membela kehormatan dan nama baiknya. Ia berusaha mendorong kaum
Muslimin supaya menyerbu ke Spanyol. Tentunya ini merupakan kesempatan yang
baik bagi kaum muslim.
Kaum yang memusuhi Rodrick itu
akhirnya meminta Graf Julian bekerja sama Musa bin Nushair, gubernur Muawiyah di Afrika. Musa kemudian minta ijin pada Khalifah walid
bin Abdul Malik yang berkedudukan di Damascus, dan segera dikirmlah pasukan
sebanyak 500 orang dibawah pimpinan Tharif bin Malik untuk
menyerbu Spanyol. Setelah kemenangan pasukan ini, Musa mengirimkan pasukan
gerak cepat di bawah komando Thariq bin Ziyad,
kemudian Thariq bin Ziyad berngkat untuk memimpin 7000
orang tentara yang terdiri dari bangsa Babar. Mereka menyebrangi selat itu dengan kapal-kapal yang disediakan
oleh Julian, penguasa di Septah, yang dulunya pernah pula menyediakan
kapal-kapal untuk Tharif dan pasukannya. Ini terjadi pada bulan Rajab atau
Sya’ban tahun 92 H. Thariq beserta pasukannya kemud ian mendarat dan menempati
suatu gunung yang sampai kini masih dikenal dengan namanya sendiri, yaitu
“jabal Thariq” (Giblatar). Disanalah Thariq mempersiapkan satuan-satuannya
untuk menyerbu semenanjung yang luas dan makmur itu.[3]
Thariq ibn Ziyad lebih banyak
dikenal sebagai penakluk Spanyol, karena pasukannya lebih besar dari hasilnya
lebih nyata. Pasukannya terdiri dari sebagian besar suku Barbar yang didukung
oleh Musa ibn Nushair dan sebagian lagi orang arab yang dikirim Khalifah
Al-Walid. Pasukan itu kemudian menyebrangi Selat dibawah pimpinan Thariq ibn
Ziyad. Sebuah gunung tempat pertama kali Thariq dan pasukannya mendarat dan
menyiapkan pasukannya. Dikenal dengan nama Giblatar (Jabal Thariq). Dengan
dikuasainya daerah ini, maka terbukalah pintu secara luas untuk memasuki
Spanyol. Dalam Pertempuran di suatu tempat bernama Bakkah, Raja Roderick dapat
dikalahkan. Dari situ Thariq dan pasukannya terus menaklukkan kota-kota
penting, seperti Cordova, Granada, dan Toledo (Ibu kota kerajaan Goth saat
itu). Sebelum Thariq menaklukkan kota Toledo, ia meminta tambahan pasukan
kepada Musa ibn Nushair di Afrika Utara. Musa mengirimkan tambahan pasukan
sebanyak 5.000 personel, sehingga jumlah pasukan Thariq seluruhnya 12.000
orang. Jumlah ini belum sebanding dengan pasukan Ghotik yang jauh lebih besar,
100.000 orang.
Kemenangan pertama yang dicapai
oleh Thariq ibn Ziyad membuka jalan untuk penaklukan wilayah yang lebih luas
lagi. Untuk itu, Musa ibn Nushair merasa perlu melibatkan diri dalam gelanggang
pertempuran dengan maksud membantu perjuangan Thariq. Dengan suatu pasukan yang
besar, ia berangkat menyebrangi selat itu dan satu persatu kota yang
dilewatinya dapat ditaklukkannya. Setelah Musa berhasil menaklukan Sidonia,
Karmona, Seville dan Merida serta mengalahkan penguasa kerajaan Gothic,
Theodomir di Orihuela, ia bergabung dengan Thariq di Toledo. Selanjutnya,
keduanya berhasil menguasai seluruh kota penting di Spanyol, termasuk bagian
utaranya, mulai dari Saragosa sampai Navare.[4]
B.
Perkembangan
kota dan seni Bangunan
Sejak pertama
kali menginjakan kaki di tanah Spanyol hingga jatuhnya kerajaan Islam terakhir
disana, Islam memainkan perananan yang sangat besar. Masa itu berlangsung lebih
dari tujuh stengah abad. Sejarah panjang yang dilalui umat Islam di Spanyol itu
dapat dibagi menjadi enam periode, yaitu:
1.
Periode Pertama (711-755 M)
Pada periode ini, Spanyol berada di bawah
pemerintahan para wali yang diangkat oleh Khalifah Bani Umayah yang berpusat di
Damaskus. Pada periode ini stabilitas politik negeri Spanyol belum tercapai
secara sempurna, gangguan-gangguan masih terjadi baik datang dari dalam maupun
dari luar. Gangguan dari dalam antara lain berupa perselisihan di antara elit
penguasa, terutama akibat perbedaan etnis dan golongan. Di samping itu,
terdapat perbedaan pandangan terhadap khalifah di Damaskus dan Gubernur Afrika
Utara yang berpusat di Kairawan. Masing-masing mengaku bahwa, merekalah yang
berhak menguasai daerah Spanyol ini. Oleh karena itu, terjadi dua puluh kali
pergantian wali (gubernur) Spanyol dalam jangka waktu yang amat singkat.
Perbedaan seringnya terjadi perang saudara. Hal ini ada hubungannya dengan
perbedaan etnis, terutama antara Barbar asal Afrika Utara dan Arab. Di dalam
etnis Arab sendiri, terdapat dua golongan yang terus menerus bersaing, yaitu
suku Qaisy (Arab Utara) dan Arab Yunani (Arab Selatan). Perbedaan etnis ini
seringkali menimbulkan konflik politik, terutama ketika tidak ada figur yang
tangguh. Itulah sebabnya di Spanyol pada saat itu tidak ada gubernur yang mampu
mempertahankan kekuasaannya untuk jangka waktu yang agak lama.
Gangguan dari luar datang dari sisa-sisa musuh
Islam di Spanyol yang bertempat tinggal di daerah-daerah pergunungan yang
memang tidak pernah tunduk kepada pemerintahan Islam. Gerakan ini terus
memperkuat diri. Setelah berjuang lebih dari 500 tahun, akhirnya mereka mampu
mengusir Islam dari bumi Spanyol.
Karena seringnya terjadi konflik internal dan berperang menghadapi musuh luar, maka dalam periode ini Islam Spanyol belum memasuki kegiatan pembangunan dipandang peradaban dan kebudayaan. Periode ini berakhir dengan datangnya Abd Al-Rahman Al-Dakhil ke Spanyol pada tahun 13 H/755 M.
Karena seringnya terjadi konflik internal dan berperang menghadapi musuh luar, maka dalam periode ini Islam Spanyol belum memasuki kegiatan pembangunan dipandang peradaban dan kebudayaan. Periode ini berakhir dengan datangnya Abd Al-Rahman Al-Dakhil ke Spanyol pada tahun 13 H/755 M.
2.
Periode kedua (755-912 M)
Pada periode ini, Spanyol berada dibawah
pemerintahan seorang yang bergelar amir (panglima atau gubernur) tetapi tidak
tunduk kepada pusat pemerintahan Islam yang ketika itu dipegang oleh Khalifah
Abbasiyah di Baghdad. Amir pertama adalah Abdurrahman I, yang memasuki Spanyol
tahun 138 H/755 M dan diberi gelar Al-Dakhil (Yang Masuk ke Spanyol). Dia
adalah keturunan Bani Umayah yang berhasil lolos dari kejaran Bani Abbas ketika
yang terakhir ini berhasil manaklukkan Bani Umayyah di Damaskus. Selanjutnya,
ia berhasil mendirikan dinasti Bani Umayyah di Spanyol.
Pada periode ini, umat Islam Spanyol mulai
memperoleh kemajuan-kemajuan, baik dalam bidang politik maupun dalam bidang
peradaban. Abd Al-Rahman Al-Dakhil mendirikan masjid Cordova dan sekolah-sekolah
di kota-kota besar Spanyol. Hisyam dikenal dalam menegakkan hukum islam dan Hakam dikenal sebagai pembaharu dalam
bidang kemiliteran. Dialah yang
memprakarsai tentara bayaran di Spanyol. Sedangkan Abd Al-Rahman Al-Ausath di
kenal sebagai penguasa yang cinta ilmu. Pemikiran filsafat juga mulai masuk
pada periode ini, terutama di zaman Abdurrahman Al-Aushat. Ia mengundang para
ahli dari dunia Islam lainya untuk dating ke Spanyol sehingga kegiatan ilmu
pengetahuan di Spanyol mulai samarak.
3.
Periode ke-3(912-1013M)
Periode ini berlansung mulai dari pemerintahan
Aburrahman III yang bergelar “An-Nasir” sampai munculnya “raja-raja kelompok”
yang dikenal dengan sebutan Mulk At-Thawa’if. Pada periode ini, Spanyol
diperintahn oleh penguas adengan gelar khalifah, pengguanaan gelar khalifah
tersebut bermual dari berita yang sampai pada Abdurrahman III, bahwa
Al-Muktadir Khalifah Daulah Bani Abbas di Baghdad meninggal dunia dibunuh oleh
pengawalnya sendiri. Menurut penilaiannya, keadaan ini menunjukkan bahwa suasana
pemerintahan Abbasyiah sedang berada dalam kemelut, ia berpendapat bahwa saat
ini merupakan saat yang paling tepat untuk memakai gelar khalifah yang telah
hilang dari kekuasaan bani Umayyah selama 150 tahun lebih. Karena itulah, gelar
ini dipakai mulai tahun 929 M. khalifah-khalifah besar yang memerintah pada
periode ini ada tiga orang yaitu Abdurrahman An-Nasir (912-961 M), Hakam II
(961-976 M) dan Hisyam II(976-1009 M).
Pada periode ini umat islam Spanyol mencapai
puncak kemajuan dan kejayaan, menyaingi kejayaan Daulah Abbasyiah di Baghdad.
Abdurrahman An-Nasir mendirikan universitas Kordoba. Perpustakaannya memiliki
koleksi ratusan ribu buku. Hakam II juga seporang korektor buku dan pendiri
perpustakaan. Pada masa ini, masyarakat dapat menikmati kesejahteraan dan
kemakmuran. Pembangunan kota berlangsung cepat. [5]
4.
Periode keempat (1013-1086 M)
Pada periode ini, Spanyol terpecah menjadi lebih
dari tiga puluh negara kecil dibawah pemerintahan raja-raja golongan atau
Al-Mulukuth-Thawaif, yang berpusat di suatu kota seperti Seville, Cordova,
Toledo, dan sebagainya. Yang terbesar diantaranya adalah Abbadiyah di Seville.
Pada periode ini umat Islam Spanyol kembali memasuki masa pertikaian intern.
Ironisnya, kalau terjadi perang saudara, ada diantara pihak-pihak yang bertikai
itu yang meminta bantuan kepada raja-raja kristen. Melihat kelemahan dan
kekacauan yang menimpa keadaan politik Islam itu, untuk pertama kalinya,
orang-orang kristen pada periode ini mulai mengambil inisiatif penyerangan.
Meskipun kehidupan politik tidak stabil, namun kehidupan intelektual terus
berkembang pada periode ini. Istana-istana mendorong para sarjana dana
sastrawan untuk mendapatkan perlindungan dari satu istana ke istana lain.
5.
Periode Kelima (1086-1248 M)
Sekalipun pada masa ini kekuatan muslim
Spanyol terpecah menjadi sejumlah negara kecil, namun terdapat kekuatan yang
dominan yakni dinasti Murabithun (1086-1143 m) dan diansti Murabithun pada
mulanya merupakan gerakan keagamaan di Afrika utara yang dipimpin oleh
tokoh-tokoh agama (kiai) yang tinggal di Ribath (sejenis surau) yang dipimpin
oleh seorang guru yang bernama Abdullah ibn Yasin. Gerakan Ribath ini berubah
menjadi gerakan militer yang melakukan gerakan expansi di bawah pimpinan ibn
Tasyfin yang berpusat di kota Marrakusy.
Ia masuk ke Spanyol atas “undangan”
penguasa-penguasa Islam di sana yang telah memikul beban berat perjuangan
mempertahankan negeri-negerinya dari serangan-serangan orang-orang kristen. Ia
dan tentaranya memasuki Spanyol pada tahun 1086 M dan berhasil mengalahkan
pasukan Castilia. Karena perpecahan di kalangan raja-raja muslim, Yusuf
melangkah lebih jauh untuk manguasai Spanyol dan ia berhasil untuk itu. Akan
tetapi, penguasa-penguasa sesudah ibn Tasyfin adalah raja-raja yang lemah. Pada
tahun 1143 M, kekuasaan diansti ini berakhir, baik di Afrika utara maupun di
Spanyol dan digantikan oleh dinasti Muwahhidun.
Al-Muwahhidun didirikan oleh ibn Tumart,
berasal dari kawasan sus di Afrika Utara. Ibn Tumart menamakan gerakannya
dengan al-Muwahhidun karena gerakan ini bertujuan untuk menegakkan tauhid
(keesaan Allah), menolak segala bentuk pemahaman anthropomorfisme (tajsim) yang
dianut oleh Murabitun. Karena itu, semangat perjuangan Ibn Tumart adalah
menghancurkan kekuatan Murabithun. Ditangan Abdul Mun’im, seorang panglima
militer Ibn Tumart dan sekaligus pengganti kedudukannya, Muwahhidun berhasil
memasuki Spanyol. Antara tahun 1114-1154 M., kota-kota muslim di Spanyol.jatuh
ke tangannya; kordoba, Almeria, dan Granada. Abdul Mun’im digantikan oleh
saudaranya yang bernama Yaqub, dan kemudian tampilah Yaqub sebagai penerusnya.
Dalam beberapa generasi ini Muwahhidun mengalami masa-masa kemajuan. Setelah
kematian Yaqub, Muwahhidun memasuki masa-masa kemundurannya.bersama dengan
kemunduran Muwahhidun ini, Pasukan salib yang telah dikalahkan oleh salahuddin
di palestina kembali ke eropa dan mulai menggalang kekuasaan baru di bawah
pimpinan Alfanso IX. Kekuasaan keristen ini mengulangi serangannya ke
Andalusia. Kali ini mereka berhasil mengalahkan kekuatan muslim Muwahhidun.
Setelah beberapa kali mengami kekalahan dan terusterdesak, akhirnya penguasa
Muwahhidun meninggalkan Spanyol dan kembali ke Afrika Utara (Marokko).
Sepeninggalan Muwahhidun ini, di Spanyol timbul kembali sejumlah kerajaan kecil.
Di antara mereka yang terbesar adalah kekuatan Muhammad ibn Yusuf ibn Nash yang
lebih terkenal sebagai " ibn Ahmad". Ia berhasil menegakkan sebuah
kerajaan selama kurang lebih 2 abad.[6]
6.
Periode keenam (1248-1492 M)
Pada periode ini, islam hanya berkuasa di
daerah Granada, dibawah dinasti bani Ahmar (1232-1492 M). peradaban kembali
mengalami kemajuan seperti di zaman Abdurrahman an- Nasir. Akan tetapi, secara
politik, dinasti ini hanya berkuasa diwilayah yang terkecil. Kekuasaan islam
yang merupakan pertahanan terakhir di Spanyol ini berakhir karena perselisihan
orang-orang istana dalam memperebutkan kekuasaan. Abu Abdullah Muhammad merasa
tidak senang kepada ayahnya karena menunjuk anaknya yang lain sebagai pengganti
menjadi raja. Dia memberontak dan berusaha memberantas kekuasaan. Dalam
pemberontakan itu, ayahnya terbunuh kemudian digantikan oleh Muhammad ibn
Sa'ad. Abu Abdullah kemudian meminta bantuan kepada Ferdinand an Isabella untuk
menjatuhkannya. Dua penguasa Kristen ini dapat mengalahkan penguasa yang syah
dan Abu Abdullah naik tahta.
Tentu sasja, Ferdinan dan Isabella yang
mempersatukan dua kerajaan besar Kristen melalui perkawinan itu tidak cukup
merasa puas. Keduanya ingin merebut kekuasaan terakhir umat islam di Spanyol.
Abu Abdullah tidak kuasa menahan serangan-serangan orang Kristen tersebut dan
pada akhirnya mengaku kalah. Ia menyerahkan kekuasaan kepada Ferdinan dan
Isabela. Dan keudian dia hijrah ke Afrika Utara. Dengan demikian berakhirlah
kekuasaan Islam di Spanyol pada tahun 1492 M. umat islam setelah itu
dihadapjkan pada 2 pilihan, masuk Krusten atau meniggalkan Spanyol. Pada tahun
1609 M, boleh dikatakan tidak ada lagi umat islam di daerah ini.
C.
Perkembangan
Ilmu-ilmu Agama dan Ilmu-ilmu Bangunan
1.
Filsafat
Islam di Spanyol telah mencatat satu lembaran
budaya yang sangat brillian dalam bentangan sejarah Islam. Ia berperan sebagai
jembatan penyeberangan yang dilalui ilmu pengetahuan Yunani Arab ke Eropa pada
abad ke-12. Minat terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan
pada abad ke-9 M, selama pemerintahan penguasa bani Umayyah yang ke-5, Muhammad
bin Abdurrahman (832-886 M).
Atas inisiatif Al-Hakam(961-976 M),
karya-karya ilmiah dan filosofis di impor dari Timur dalam jumlah besar,
sehingga, Cordova dengan perpustakaan dan universitas-universitasnya mampu
mernyaingi Baghdad sebagai pusat utama ilmu pengetahuan didunia Islam. Apa yang
dilakukan oleh para pemimpin dinasti bani Umayyah di Spanyol ini merupakan
persiapan untuk melahirkan filosof-filosof besar pada masa sesudahnya.
Tokoh utama pertama dalam sejarah filsafat
Arab-Spanyol adalah Abu Bakr Muhmmad ibn Al-Sayyigh yang lebih dikenal dengan
ibn Bajjah. Dilahirkan di Saragossa ia pindah ke Sevila dan Granada. Meninggal
karena keracunan di Fez pada tahun 1138 M dalam usia yang masih muda sepertyi
Al-Farabi dan Ibn Sina di Timur, masalah yang dikemukakannya bersifat etis dan
eskatologis. Magnum opusnya adalah Tadbir Al-Mutawahhid.
Tokoh utama kedua adalah Abu Bakr Ibn
Thufa'il, penduduk asli Wadhi' Asy, sebuah dusun kecil disebelah timur Granada
dan wafat pada usia lanjut tahun 1185 M. ia banyak menulis masalah kedokteran,
astronomi dan filsafat. Karya filsafatnya yang sangat terkenal adalah Hay Ibn
Yaqzhan.
Bagian akhir abad ke-12 M menjadi saksi
munculnya seorang pengikut Aristoteles yang terbesar di gelanggang filsafat
dalam Islam, yaitu Ibn Rasyd, dari Cordova. Ia lahir tahun 1126 M dan meninggal
tahun 1198 M. cirri khasnya adalah kecermatan dalam menafsirkan naskah-naskah
Aristoteles dan kehati-hatian dalam menggeluti masalah-masalah menahun tentang
keserasian filsafat dan agama.dia juga ahli Fiqh dengan karyanya Bidayatul
Mujtahid.
2.
Sains
Ilmu-ilmu
kedokteran, musik, matematika, astronomi, kimia dan lain-lain juga berkembang
dengan baik. Abbas Ibn Farnash termasyhur dalam ilmu kimia dan astronomi.ialah
orang pertama yang menemukan perbuatan kaca dari batu. Ibrahim Ibnu Yahya Al
Naqqash terkenasl daalm Ilmu Astronomi. Ia dapat menentikan waktu terjadinya
gerhana matahari dan menentukan berapa lamanya. Ia juga berhasil membuat
teropong modern yang dapat mnenetukan jarak antara tata surya dan
bintang-bintang. Ahmad Ibnu Ibas dari cordova adalah ahli dalam bidang
obat-obatan. Umm Al-Hasan binti Al Abi Jafar dan saudara perempuan Al-Hafiz
adalah dua orang ahli kedoktoran dari kalangan wanita
3.
Fiqih
Dalam bidang fiqih Spanyol Islam dikenal sebagai
penganut mahzab Maliki. Memperkenalkan mahzab ini adalah ziat ibnu abdul
arrahman. Perkembangan selanjutnya ditentukan oleh ibnu Yahya yang menjadi Qodi
pada masa Hisyam ibnu ala rahman. Ahli fiqih lainnya diantaranya adalah abu
baker ibnu al qutiyah, munzir ibnu said al baluti dan ibnu hazm yang terkenal.
4.
Musik
dan Kesenian
Dalam bidang
musik dan bidang seni suara Spanyol Islam mencapai kecermelangan dengan
tokohnya al hasan ibnu Hafi yang dijuluki zariyab. Setiap kali diselenggarakan
pertemuan dan perjamuan zariyab selalu tampil menunjukan kebolehannya. Ia juga
terkenak sebagai pengubah lagu. Ilmu yang dimilikinya itu diturunkan kepada
anak-anaknya. Baik pria maupun wanita, dan juga kepada budak-budak, sehingga
kemashurannya tersebar luas.
5.
Bahasa dan Sastra
Bahasa Arab telah menjadi bahasa administrasi
dalam pemerintahan Islam di Spanyol. Hal itu dapat diterima oleh orang-orang
Islam dan non Islam. Bahkan, penduduk asli Spanyol menduakan bahasa asli
mereka. Mereka juga banyak yang ahli dalam bahasa arab baik keterampilan
membaca maupun tata bahasa mereka itu antara lain : Ibnu Sayyidi, Ibnu Malik,
Pengarang Alfiyah, Ibnu Khuruf, Ibnu al Hajj, Abu Ali Al Isybilli, Abu Al
Hasan, Ibnu Usfur, dan Abu Hayyan al Gharnathi.
Seiring dengan kemajuan bahasa itu karya-karya
sastra banyak bermunculan seperti al 'Iqd Al Farid karya Ibnu Abdul Rabbih, Al
Dzakhirah fi mahasin ahl al-jazirah oleh Ibnu Bassam, kitab ala Qalaid buah
karya Al Fath Ibnu Khaqam dan banyak lagi yang lain.
6.
Cordova
Cordova
adalah ibukota Spanyol sebelum Islam, dan kemudian diambil alih oleh Bani
Umayah. Oleh penguasa muslim, kota ini dibangun dan diperindah. Jembatan besar
dibangun diatas sungai yang mengalir di tengah kota. Taman-taman kota dibangun
untuk menghiasi ibukota Spanyol Islam. Pohon-pohon dan bunga di impor dari
timur. Di seputar ibukota berdiri istana-istaan yang megah yang semakin
mempercantik pemandangan, setiap Istana dan taman diberi nama tersendiri dan dipuncaknya
terpancang Istana damsik.
Diantara
kembanggaan kota cordova lainya adalah mesjid cordova. Menurut ibnu al dhalai',
terdapat 491 mesjid disana, di samping itu, cirri khusus kota-kota Islam adalah
tempat tempat pengundian. Di cordova saja terdapat sekitar 900 pemandian di
sekitarnya berdiri perkampungan-perkampungan yang indah. Karena air sungai tak
dapat diminum, penguasa muslim mendirikan saluran air dari pergunungan yang
panjangnya 80 km.
7. Granada
Granada
adalah tempat pertahanan terakhir umat Islam di Spanyol. Diosana berkumpul
sisa-sisa kekuatan arab dan pemikir Islam. Posisi cordova diambil alih oleh
Granada di masa-masa akhir kekuasaan Islam di Spanyol. Arsitektur bangunannya
terkenal diseluruh Eropa Istana al hamra yan gindah dan megah adalah pusat dan
puncak ketinggian arsitektur Spanyol Islam. Istana itu dikelilingi taman-taman
yang tidak kalah indahnya.
Kisah
tentang kemajuan pembangunan fisik ini masih bias di perpanjang dengan kota dan
istana al-Zahra, istana al-Gazar, menara Girilda dan lain-lain.[7]
IV.
KESIMPULAN
1.
Spanyol Islam, kemajuannya sangat ditentukan oleh adanya
penguasa-penguasa yang kuat dan berwibawa, yang mampu mempersatukan
kekuatan-kekuatan umat Islam, seperti Abdurrahman al-Dakhil, Abdurrahman al-Wasith dan Abdurrahman an-Nashir. Keberhasilan politik pemimpin-pemimpin tersebut
ditunjang oleh kebijaksanaan penguasa-penguasa lainnya yang memelopori
kegiatan-kegiatan ilmiah yang terpenting di antara penguasa dinasti Umayyah di Spanyol dalam hal ini adalah Muhammad ibn Abdurrahman(852-886M) dan al-Hakam II al-Muntashir (961-976M).
2.
Perkembangan
kota dan seni bangunan pada:
a.
Pada
Periode pertama (711-755) ini Spanyol di pimpin oleh
para wali yang berpusat di Damaskus, stabilitas politik negeri Spanyol belum
tercapai secara sempurnah dan Belum
terjadinya pembangunan di bidang kebudayaan dan peradaban karena terlalu banyak
konflik dari dalam.
b.
Pada periode kedua (755-912) ini Spanyol berada dibawah
pemerintahan seorang yang bergelar amir (panglima atau gubernur). Dan pada
periode ini Islam Spayol mendirikan masjid Cordova dan sekolah-sekolah di
kota-kota besar Spanyol.
c.
Periode ke-3(912-1013M) ini berlansung mulai dari
pemerintahan Aburrahman III yang bergelar “An-Nasir”. Dan pada periode ini Abdurrahman
An-Nasir mendirikan universitas Kordoba, Perpustakaannya memiliki koleksi
ratusan ribu buku.
d.
Periode keempat (1013-1086 M) ini Spanyol terpecah menjadi
lebih dari tiga puluh negara kecil dibawah pemerintahan raja-raja golongan atau
Al-Mulukuth-Thawaif.
e.
Periode Kelima (1086-1248 M) pada masa ini kekuatan muslim
Spanyol terpecah menjadi sejumlah negara kecil, namun terdapat kekuatan yang
dominan yakni dinasti Murabithun (1086-1143 m). dan diansti Murabithun.
f.
Periode keenam (1248-1492 M) Pada periode ini, islam hanya
berkuasa di daerah Granada, dibawah dinasti bani Ahmar (1232-1492 M).
3.
Lebih dari tujuh abad, kekuasaan islam di Spanyol umat Islam
telah mencapai kejayaan disana. Banyak prestasi yang mereka peroleh, bahkan
pengaruhnya membawa Eropa dan juga dunia kepada kemajuan yang lebih kompleks.
V.
PENUTUP
Demikian makalah ini kami susun. Punulis
menyadari dalam makalah ini masih banyak sekali kekurangan dan jauh dari kesan
“sempurna”. Oleh karena itu, kritik dan saran yang kontruktif sangat penulis
harapkan demi kesempurnaan makalah saya selanjutnya. Akhirnya semoga makalah
ini bisa bermanfaat bagi siapa saja yang membcanya. Amien.
DAFTAR PUSTAKA
Ali,K. Sejarah Islam (Tarikh Pramodern),Jakarta;Srigunting,2003
Syalabi,A.Sejarah dan Kebudayaan Islam2,Jakarta:
Alhusna Zikri,1995
Karim,Abdul.Sejarah
pemikiran dan Peradaban Islam,Yogyakarta:pustaka book publisher,2007
Yatim, Badri. Sejarah
Peradaban Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada,2006